Wednesday, May 23, 2007

Sahabat pengkhianat

Sahabat

Sahabat tempat kita berbagi susah...

Sahabat tempat berbagi derita...

Sahabat tempat berbagi duka...

Sahabat tempat kita bersandar dikala kita susah...

Sahabat berguna jika kita menderita...

Sahabat kita kunjungi jika kita sedang berduka

Malangnya menjadi seorang sahabat yang loyal...

Sahabat yang hanya berguna disaat-saat susah...

Sahabat yang dicampakkan ketika derita sudah hilang...

Habis manis sepah dibuang...

Saya kira tidak berlebihan apa yang saya tulis dalam beberapa baris di atas. Terkadang kita begitu jahat memperlakukan teman, bahkan sahabat kita. Seringkali kita begitu dekat kepada teman kita (terutama) disaat kita butuh bantuannya. Namun ketika kita sudah tidak membutuhkan bantuannya, kita meninggalkan teman kita begitu saja.. Habis manis sepah dibuang.

Mungkin jika sekedar hubungan pertemanan hal itu sudah biasa dan tidak terlalu “sakit hati”. Yang jadi masalah adalah jika yang melakukan hal itu adalah seseorang yang kita anggap sebagai teman akrab/sahabat karib kita. Tentu saja rasanya akan sangat lain. Hati kita yang merasa “dikhianati“ oleh sahabat jauh lebih sakit daripada dikhianati teman biasa.

Seringkali kita jumpai ada orang yang begitu perhatian dan begitu baiknya kepada sahabatnya, apa yang sahabatnya perlukan dia bantu mendapatkannya walau sahabatnya tersebut tidak meminta bantuannya. Seseorang yang mendahulukan kepentingan sahabatnya di atas kepentingan dirinya sendiri... Namun tak jarang juga kita jumpai, balasan dari sahabat yang mendapatkan perlakuan baik itu justru sebaliknya. Sahabat tersebut memang dekat dikala dia sedang kesusahan/menderita/butuh bantuan, tetapi giliran penderitaan/kesusahan yang dia alami sudah hilang, dia begitu saja “menghilang” dan mencampakkan sahabatnya tersebut... dan hanya kembali ke sahabatnya itu jika dia mengalami penderitaan/kesusahan lagi...

Masih adakah orang yang tega berbuat seperti itu?? Tentu saja masih. Jujur saja, aku beberapa kali diperlakukan seperti itu. Tapi bagiku tak ada kata dendam. Memang terkadang aku ingin membalasnya, dalam artian mau meninggalkanya/menjauhinya. Tapi apa untungnya bagiku. Jika aku melakukan seperti itu, berarti aku lebih jahat daripada orang yang aku balas. Bukankah balas dendam selalu berbuat lebih kejam daripada apa yang telah diperbuat terhadap kita. Selain Alloh melarang kita balas dendam sekalipun terhadap orang yang telah berbuat jahat kepada kita, jika kita berniat menjauhi teman kita, berarti kita telah memutus tali hubungan silaturrohmi, tentu saja dosanya jadi semakin besar... Alhamdulillah, saya masih bisa berpikir jernih, dan semoga selamanya bisa berpikir jernih untuk membedakan yang baik dan yang buruk. Soal teman/sahabat yang mau seenak hatinya memperlakukan teman/sahabatnya itu urusan Alloh, biar Alloh yang menghakiminya. Syukur2 kita bisa memaafkan kesalahan sahabat/teman kita yang berbuat demikian. Bukankah ada sahabat Nabi yang dijamin masuk surga, padahal amalnya biasa saja, hanya ibadah2 yang wajib. Ingat kisahnya? Seperti yang disampaikan ibnu Umar, kisahnya kurang lebih sebagai berikut: Suatu ketika Rasulullah SAW bersabda (kurang lebih), sebentar lagi ada ahli surga yang datang. Tak berapa lama kemudian datanglah si fulan. Kejadian tersebut berulang 3x berturut2. Kemudian ibnu Umar menyelidiki si fulan tersebut. Ibnu Umar menemui si fulan dan menceritakan kalo beliau (ibnu Umar) sedang ada masalah dengan ayahnya, jadi beliau meminta diizinkan menginap di rumah si fulan tersebut. Tanpa keberatan si fulan mengizinkan ibnu Umar menginap di rumahnya. Selama menginap di rumah si fulan tersebut, ibnu Umar menyelidiki amal ibadah yang dilakukan si fulan, yang menyebabkan Rasulullah SAW menggolongkan si fulan termasuk ahli surga. Selama menginap itu pula ibnu Umar tidak menjumpai amal ibadah yang istimewa pada diri si fulan. Bahkan si fulan tidak melakukan sholat malam, si fulan hanya melakukan ibadah wajib saja. Setelah beberapa hari menginap dan menyelidiki, akhirnya ibnu Umar mengatakan yang sesungguhnya kepada si fulan. Ibnu umar mengatakan kalo sebenarnya beliau telah berbohong. Sebenarnya beliau tidak ada masalah dengan ayahnya. Beliau menginap di rumah si fulan hanya untuk menyelidiki amal ibadah apa yang dilakukan si fulan, yang menyebabkan si fulan digolongkan penghuni surga oleh Rasulullah SAW. Setelah mengatakan yang sebenarnya, kemudian ibnu Umar bertanya kepada si fulan apakah si fulan punya amalan istimewa. Mendengar pertanyaan ibnu Umar tersebut, si fulan menjawab bahwa sesungguhnya dia tidak punya amal/ibadah yang istimewa, hanya saja tiap kali sebelum tidur, si fulan memaafkan semua kesalahan2 saudara2nya/teman2nya yang diperbuat terhadapnya.

No comments: