Monday, August 27, 2007

Virus di Tengah Masyarakat

VIRUS YANG MEWABAH DITENGAH UMMAT

Sungguh aneh bin ajaib kalau ada seseorang yang mengatakan bahwa pada saat ini dakwah yang menyerukan kepada tauhid dan mengingatkan pada syirik adalah sudah tidak relevan. Sebab di zaman yang modern seperti ini sudah banyak orang yang mempercayai adanya Tuhan dan sangat jarang ditemui ada orang yang menyembah patung, bintang, matahari, berhala dan sebagainya. Mereka juga mengatakan bahwa sekarang ini kita harus memfokuskan dan memperhatikan bagaimana kita harus melawan orang-orang kafir dan merebut kekuasaan. Pandangan seperti ini muncul karena memang dangkalnya ilmu dan pemahaman yang ada pada orang tersebut, tidak faham apa itu pengertian tauhid dan syirik dengan benar, serta tidak faham dengan inti dakwah setiap rosul. Bukan berarti bahwa melawan orang kafir itu tidak penting. Tidak, sekali-kali tidak! Dengan tulisan ini semoga dapat mendudukkan masalah ini secara benar dan dapat menyadarkan kaum muslimin dari keterlenaannya.

Tauhid bukan sekedar percaya adanya Tuhan
Sebagian kaum muslimin yang beranggapan bahwa apabila seorang itu telah mengakui adanya Tuhan, maka dia sudah dikatakan bertauhid. Mereka lupa bahwa ini hanyalah bagian dari tauhid, bahkan hanya bagian kecil darinya. Dan belumlah seseorang itu dianggap bertauhid hanya dengan bagian yang ini saja. Sedangkan bagian tauhid yang lain bahkan yang paling pokok di antaranya justru tidak faham. Setiap orang wajib mengesakan Alloh dalam rububiyah, uluhiyah dan asma wa shifat-Nya. Jika ketinggalan satu saja dari ketiga tauhid tersebut belumlah dia dikatakan sebagai seorang yang bertauhid.
Lihatlah kaum musyrik quroisy, bukankah mereka juga mengakui adanya Alloh, bahkan bukankah mereka juga menyembah Alloh? Kenapa mereka masih diperangi oleh Rosululloh? Alloh berfirman: ”Katakanlah: ‘Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan menjawab: ‘Alloh’. Maka katakanlah: ‘Mengapa kamu tidak betakwa (kepada-Nya)?”(Yunus: 31).

Syirik bukan sekedar sujud kepada patung
Siyrik adalah menyamakan selain Alloh dengan Alloh dalam perkara yang menjadi kekhususan atau hak bagi Alloh. Dari definisi ini, maka jelaslah bagi kita syirik itu tidak hanya sebatas menyembah dan sujud kepada berhala, patung, matahari dan lain-lain, namun lebih luas daripada ini.
Kita lihat juga kaum musyrik yang diperangi oleh Rosululloh dulu, apakah mereka murni benar-benar menyembah atau sujud kepada berhala dan yang lainnya hanya karena mereka batu dan pohon? Ternyata tidak, Alloh menceritakan ucapan mereka: “Tidaklah kami menyembah mereka melainkan agar mereka dapat mendekatkan kami kepada Alloh dengan sedekat-dekatnya” (Az-Zumar: 3). Mereka menyembah berbagai sesembahan tersebut dengan harapan akan memerantarai pada Alloh.
Syirik juga tidak terhenti di sini, ada juga syirik dalam ketaatan. Tatkala Rosululloh membacakan ayat: “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tandingan (tuhan) selain Alloh” (At-Taubah : 31). Sahabat Adi bin Abi Hatim yang pada waktu itu baru masuk Islam menyanggah: “Tidaklah kami itu menyembah mereka”. Maka Rosululloh menjawab: “Bukankah mereka mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Alloh lalu kalian pun ikut mengharamkan, dan bukankah mereka menghalalkan apa yang diharamkan oleh Alloh lalu kalian pun ikut menghalalkan?” Maka Adi bin Abi Hatim pun menjawab: “Benar”. Rosululloh berkata: ”Itulah peribadahan kepada mereka”. Lalu sekarang, betapa banyak kaum muslimin yang mereka ikut menghalalkan yang semestinya harom dengan landasan hawa nafsu? Na’udzu billah.
Syirik tidak hanya terbatas pada amalan badan, namun juga amalan hati dan lisan. Alloh berfirman: “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Alloh; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Alloh. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Alloh” (Al Baqoroh : 165).

Realita yang ada dimasyarakat sekarang ini
Sungguh aneh masyarakat kita sekarang ini, mereka akan begitu sangat marah apabila ada orang non islam yang mempropagandakan agama mereka dan mengajak orang lain kepada agama mereka. Namun pada saat yang sama, dia telah membiarkan dirinya, anak-anaknya dan keluarganya untuk diseret dan dipengaruhi oleh kesyirikan dan dijauhkan dari aqidah yang lurus, yakni dengan membiarkan di rumahnya sebuah televisi yang tiap harinya selalu dijejali dengan acara-cara kesyirikan. Seolah-olah mereka mengatakan: “Mari silakan masuk, ajari dan pengaruhi keluarga kami dengan acara-acara syirik, bid’ah dan maksiat kalian”. Na’udzu billah!! Bukankah ini terjadi karena tidak fahamnya mereka terhadap apa itu syirik, ancaman dan bahayanya? Ataukah merasa juga telah merasa aman dan jauh akan terjatuh di dalamnya?
Anak-anak kita sudah terbiasa disuguhi dengan film tentang peri, hantu, dukun, sihir, jimat-jimat dan film misteri yang penuh kesyirikan. Sementara anak mudanya tenggelam dalam ramalan bintang/zodiak. Sadarlah wahai saudaraku! itu semua adalah termasuk amalan-amalan kesyirikan.
Dengan dalih Budaya dan Adat Istiadat
Lebih ironi lagi, ternyata kita juga hidup disuatu masyarakat yang diantara adat istiadat dan budaya mereka merupakan amalan-amalan kesyirikan. Ketika kita mengingatkan mereka ternyata mereka malah balik menuduh bahwa kita adalah orang yang kaku dan tidak faham terhadap esensi dan transformasi nilai. Namun sayang ketika mereka berusaha untuk dijelaskan dan diajak untuk “sedikit” berpikir, hati mereka sudah diliputi oleh dua penyakit yaitu taqlid (ikut-ikutan) dan ta’ashshub (fanatik). Kalau begitu, bagaimana kebenaran ini akan sampai?
Alloh berfirman: “Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Alloh," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" (Al-Baqoroh : 170).
Kita lihat di sana ada acara nyadran, sekaten, ngelarung, sedekah bumi/laut, suronan dan lain-lain, yang mana acara-acara itu di masyarakat kita sudah mendarah daging, bahkan sudah menjadi komoditi bisnis dan mata pencaharian. Sungguh ironi, mereka beralasan bahwa ini adalah budaya nenek moyang yang harus dilestarikan. Allohu akbar !! Inilah alasan yang menjadi jurus pamungkas kaum musyrikin jaman Rosululloh tatkala mulut mereka tidak mampu lagi menjawab hujjah Alloh, Na’udzu billah.
Mengingat akan parahnya keadaan ini, maka sudah menjadi tugas kita semua untuk saling mengingatkan dan terus untuk mengingatkan. “Dan tetaplah beri peringatan, karena peringatan itu memberikan manfaat terhadap orang-orang yang beriman” (Adz-Dzariyat : 55 ). [Buletin At Tauhid / Yusuf Abu Hudzaifah]

MENGEMBALIKAN KEMULIAAN UMMAT

MENGEMBALIKAN KEMULIAAN UMMAT
Tidak samar lagi bagi siapa yang mau mengamati kondisi umat Islam sekarang ini niscaya akan mendapati keadaan yang sangat memprihatinkan. Kaum muslimin hidup dalam kesengsaraan, kepedihan, berada di tengah keterpurukan dan mundur dalam hampir seluruh sisi kehidupan. Mereka telah direndahkan dan dihinakan oleh orang-orang kafir, harta mereka dirampas, negeri-negeri mereka diinjak-injak sehingga mereka pun hidup dalam keadaan bimbang, keguncangan, ketakutan dan was-was.

Mencari jalan keluar dari kehinaan
Keadaan ummat Islam yang demikian ini telah mengundang semangat bagi sebagian kaum muslimim untuk mengubah dan memperbaiki kerusakan. Hanya saja mereka berbeda-beda cara dalam menanganinya. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa hal ini karena umat Islam terbelakang secara ekonomi atau tertinggal dalam masalah sains dan teknologi atau tidak punya persenjataan modern. Di antara mereka ada yang nekat menceburkan diri dalam sistem politik kafir, berusaha merebut kursi pemerintahan dan kekuasaan. Ada juga yang membentuk gerakan bawah tanah dengan mengatasnamakan jihad kemudian membuat kerusakan dan pengeboman di mana-mana. Ada pula yang berdemonstrasi di jalan-jalan menuntut ditegakkannya kembali daulah Islam.
Subhanalloh, sungguh mereka ini hendak berjuang tetapi tanpa dilandasi ilmu! Padahal jika mereka mau merenungi sejenak hadits Rosululloh tentulah mereka akan mendapati jawaban dan solusi terbaik yang dapat mengentaskan umat Islam dari kehinaan ini. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Jika kalian telah berjual beli dengan cara ‘inah (sejenis riba), disibukkan oleh peternakan dan pertanian, dan kalian tinggalkan jihad fi sabilillah, maka Alloh akan menimpakan kehinaan kepada kalian, Alloh tidak akan mencabut kehinaan itu dari kalian sampai kalian kembali kepada agama kalian. (shohih, riwayat Abu Dawud)
Dari hadits Rosululloh tersebut maka jelaslah bagi kita bahwa keadaan buruk yang menimpa kaum muslimin dewasa ini disebabkan sangat jauhnya mereka dari ajaran agama, jauh dari kitab Alloh dan Sunnah Rosul-Nya. Mereka disibukkan dengan kehidupan dunia dan melalaikan hak-hak Robb-nya. Kesyirikan yang merupakan dosa terbesar seolah-olah sudah menjadi profesi sehari-hari dan menjadi bagian hidup mereka, ibadah mereka dipenuhi dengn kebid’ahan dan keseharian mereka dijalani dengan bermaksiat kepada Penciptanya. Kesyirikan, kebid’ahan dan kemaksiatan inilah kotoran-kotoran yang merupakan sebab kehancuran bangunan Islam.

Tashfiyyah dan Tarbiyyah
Karena itu wajib bagi kita memulai langkah dengan mempelajari Islam yang haq sebagaimana jalan yang ditempuh pertama kali oleh Rosululloh dengan men-tashfiyyah (memurnikan) Islam dari kotoran-kotoran yang melekat padanya kemudian kita men-tarbiyyah (mendidik) diri kita dengan mengamalkan Islam yang telah dimurnikan ini. Ibarat gelas yang kotor, maka cucilah dahulu kotorannya baru kemudian diisi air. Demikianlah janji Alloh dalam salah satu firman-Nya,”Dan Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Ku.” ( An-Nuur : 55) [ Buletin At Tauhid / Abu Ibrohim Hakim ]