Thursday, April 19, 2007

IPDN

Obrolan Ibu-Ibu tentang IPDN

Suatu sore di sebuah kampung sekelompok ibu-ibu berkerumun sedang belanja sayur sambil ngobrol seru, nampak wajah mereka sangat serius. Asyik sekali.. pikir saya pasti sedang ngegosipin artis sinetron. Namun dilihat dari raut mukanya tampaknya mereka kesal sekali, diam-diam saya mendekat bukan maksud mau nguping tetapi penasaran aja dengan tema yang sedang dibicarakan.
Ooh.. aku baru tau nampaknya mereka sedang ngobrolin tayangan berita sebuah stasiun TV tentang kasus penganiayaan di IPDN. Berikut sedikit petikan pembicaraan yang seru dan meledak-ledak dari para "pengamat berita" ini....

" tuh kan apa gue bilang IPDN itu, Institut Penganiayaan Dalam Negeri... ! masak anak orang dihabisin hanya gara-gara telat datang ke acara yang nggak jelas, dasar gak tau diri !".
" Bukan nyak tapi IPDN itu, Institut Pembantaian Dalam Negeri..!" sahut ibu penjual sayur tak mau kalah.
"Kalo nurut saya sih masih jadi pelajar aja kayak gitu ntar kalo udah jadi pejabat pasti jadi diktator, makanya IPDN itu, Institut Pengkaderan Diktator Negara..!" seru ibu yang sedari tadi bolak balikin sayur bayam.
" Betul juga jeng Neni tapi saya paling gak suka sama kelakuan mereka yang suka maen keroyok kalo berani
kenapa gak satu lawan satu tuh kayak di pilem koboy makanya dinamain aja IPDN, Institut Paling Demen
Ngeroyok..!! " seru ibu gendut itu gemas sambil membanting labu siam diantara sayur yang makin
berserakan.
"Iya betul tuh sekalian aja dinamain IPDN, Ikatan Praja Doyan Nonjok ...!" sambar bu RT sambil
bersungut-sungut
"IPDN, Injak Pukul Dorong Nah ... mati..!! celetuk ibu bertubuh kerempeng itu sambil praktekkan gaya silatnya.
"Inginnya Pendidikan Dapetnya Nisan nah itulah IPDN. kasihan orang tua yang udah susah payah kirim anaknya
kesana pulang-pulang bikin batu nisan... !!" tukas bu Neni makin kesal.
" Yang kayak gini neh pasti kerjaan para pejabat yang gak punya tanggung jawab dan wawasan kebangsaan,
mestinya kan mereka sebagai pengontrol dan pengawas tetapi kenapa korban udah berjatuhan kayak gini kok
didiemiin aja dari dulu, kayaknya sih sengaja biar budaya pejabat junior harus takut dengan senior tetap hidup, kan ntar gampang diajak kongkalikong kali ya ?
namanya juga IPDN, Ideologi Pejabat Durjana Negara", sahut ibu setengah baya berkerudung itu.
"Yah IPDN, Inilah Pendidikan Dalam Negeri kita.. pantas aja korupsi gak habis-habis wong mentalnya aja udah kayak mafia.

Tiba-tiba nenek tua yang sedari tadi diam saja tergopoh-gopoh keluar dari kerumunan menuju kearah
rumah bu RT, sambil iseng saya pun bertanya, "nek kalo menurut nenek IPDN itu apa ?".
Nenek itu melotot kesal kearahku sambil berteriak, "Ingin Pipis Dulu Nak ...!!".
Ups..!

Sumber: Milis Elektro UNDIP

Deteksi Kanker Mulut Leher Rahim

barangkali berguna buat para ibu, calon ibu, dan yang sayang ibu

Metode Murah untuk Deteksi Kanker Mulut Leher Rahim

Jakarta - Kanker serviks atau mulut leher rahim masih menjadi momok bagi kaum perempuan. Jika tes papsmear terlalu mahal, saat ini ada metode baru untuk mendeteksi dini penyakit ini dengan biaya lebih murah.

Menurut spesialis obstetri dan ginekologi dr Dwiyana Acviyanti, metode baru itu dikenal dengan IVA alias inspeksi visual dengan asam asetat. Dengan metode ini, para perempuan dari berbagai kalangan diharapkan dapat mendeteksi kanker serviks secara dini untuk mengurangi angka kematian.

"Kalau papsmear mungkin masih mahal. Dengan IVA, semua kalangan bisa melakukannya," kata Dwiyana dalam Kampanye Bantu Cegah Kanker di Kafe Kembang Goela, Plasa Sentral, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (18/4/2007).

Dwiyana mengatakan, metode baru ini menggunakan media asam asetat. Para perempuan bisa datang ke dokter kandungan, kemudian dokter akan menyemprotkan asam asetat ke bagian leher rahim (epitel).

"Jika di bagian leher rahim yang tadinya berwarna merah muda berubah menjadi putih, dalam jangka waktu 5-10 tahun, itu kemungkinan akan menjadi prakanker," ujar Dwiyana.

Jika gejala itu ditemukan, maka dokter akan melakukan pembekuan terhadap kulit tersebut sehingga tidak menjadi kanker. "90 Persen tidak akan jadi kanker," tandasnya.

Sumber: detikcom – IVA (milis EE UNDIP)